Selasa, 11 November 2014

Pengaruh Broken Home terhadap Perkembangan Psikologis Anak (Tugas Akhir Ingrid 705140021)

Pengaruh Broken Home terhadap Perkembangan Psikologis Anak

Latar Belakang
     Anak membutuhkan kasih sayang dan perhatian yang cukup dari orangtua mereka dalam proses perkembangannya. Perhatian dan kasih sayang dari orangtua merupakan faktor penting yang mempengaruhi proses perkembangan psikologis anak. Sebagai contoh, Abdul Qodir Jaelani atau yang lebih dikenal dengan Dul yang berusia 13 tahun. Kurangnya kasih sayang dan perhatian dari orang tuanya, menyebabkan terjadinya kecelakaan yang mengakibatkan 6 korban meninggal dunia dan 9 korban luka berat akibat Lancer yang dikemudikan oleh anak usia 13 tahun itu. Anak seusia Dul masih membutuhkan perhatian yang lebih dari orangtuanya, terutama ibunya. Dul ibarat anak panah yang meluncur untuk mencari kasih sayang dan perhatian di luar rumah (Kompas, 2013).
     Jadi, latar belakang anak yang berasal dari keluarga broken home akan memengaruhi perkembangan psikologis anak itu sendiri. Oleh karena itu, penulis membuat artikel dengan judul “Pengaruh Broken Home terhadap Perkembangan Psikologis Anak” untuk mengetahui bagaimana pengaruh dari broken home terhadap perkembangan psikologis anak.

Pengertian Broken Home
     Pengertian broken home menurut oxford dictionary. Dalam Oxford Dictionary (2010, h. 219) dituliskan bahwa broken home adalah “A family in which the parents are divorced or separated
     Pengertian broken home menurut ahli. Platt (dikutip dalam Musick, 1995, h. 147) menyatakan bahwa “A psychologically broken home is one where quarreling and fighting dominates, where regular verbal abuse of children and parents occurs. Physically broken homes are those where one or both parents are missing.”
     Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa broken home adalah kondisi ketidakutuhan dalam sebuah keluarga yang diakibatkan oleh perceraian dan perpisahan antara suami dan istri.

Penyebab Terjadinya Broken Home
     Habsari (2005) menyatakan bahwa beberapa hal yang menjadi penyebab broken home adalah (a) kemiskinan dan hutang yang melilit, (b) pasangan tidak lagi saling menghargai dan menyayangi, (c) pengaruh orang ketiga yang berusaha mengahancurkan hubungan rumah tangga, dan (d) salah satu pasangan jatuh cinta terhadap orang lain sehingga menyebabkan terjadinya perselingkuhan.

 Perkembangan Anak
     Kurniawan (2012) menyatakan bahwa terdapat 8 tahap perkembangan psikologis anak, antara lain: (a) kepercayaan atau ketidakpercayaan, pada usia 0-12 bulan; (b) kemandirian atau rasa malu; pada usia 12-24 bulan; (c) inisiatif atau rasa bersalah, pada usia 2-5 tahun; (d) ketekunan atau rasa rendah diri, pada usia 5-10 tahun; dan (e) identitas atau kebingungan identitas, pada usia 10-20 tahun.
     Kepercayaan atau ketidakpercayaan (0-12 bulan). Pada tahap ini, bayi harus dipenuhi rasa percaya pada orang terdekatnya. Kelekatan fisik pada tahap ini menjadi sangat penting karena bayi merasakan rasa percaya melalui sentuhan fisik yang diberikan.
     Kemandirian atau rasa malu (12-24 bulan). Setelah diberikan kepercayaan, bayi mulai belajar mengenali lingkungan dengan memegang benda yang ia temukan. Pada proses ini, bayi harus diberikan apresiasi agar tidak tumbuh menjadi pribadi yang pemalu.
     Inisiatif atau rasa bersalah (2-5 tahun). Anak mulai mengembangkan rasa inisiatif mereka dan mulai tertarik dengan banyak hal pada tahap ini. Pada fase ini, anak sudah mulai mengerti nilai moral walaupun belum mengetahui mana yang benar dan salah.
     Ketekunan dan rendah diri (5-10 tahun). Anak mulai belajar berinteraksi dengan lingkungan sosial. Pada fase ini, anak mengembangkan keterampila sosial dan menyenangi hal-hal spesifik. Fase ini merupakan fase terbaik untuk mengembangkan rasa percaya diri anak dengan mengikutsertakan anak dengan lomba-lomba sesuai dengan bakat mereka.
     Identitas dan kebingungan identitas (10-20 tahun). Fase ini merupakan tahap pencarian identitas yang dilakukan oleh seorang remaja. Pada masa ini, seorang remaja mulai berpikir tentang makna dari menang dan kalah. Di masa remaja, kompetisi merupakan ajang pembutian identitas diri. Menang akan menghasilkan bangga, kalah menghasilkan rasa tidak terima.

Dampak Broken Home terhadap Psikologis Anak
     Stahl (2000/2004) mengklasifikasikan dampak anak broken home dalam tahap-tahap sebagai berikut: (a) anak prasekolah, anak yang berusia 3-5 tahun; (b) anak usia sekolah, anak yang berusia 6-12 tahun; dan (c) anak usia remaja, anak yang berusia 13-17 tahun.
     Anak prasekolah (usia 3-5 tahun). Anak-anak prasekolah yang menjadi korban broken home akan menarik diri secara serius. Mereka akan dengan mudah menjadi bingung dan tidak mengerti apa yang terjadi di sekeliling mereka. Sejumlah anak akan tertekan dan menarik diri bahkan mengalami mimpi buruk. Mereka akan memiliki rasa jengkel, terganggunya rasa percaya diri, perilaku agresif, dan muncul perilaku yang berbeda dari biasanya.
     Anak usia sekolah (6-12 tahun). Anak-anak usia sekolah yang menjadi korban broken home cenderung merasa kehilangan dalam keluarganya dan mungkin akan merasakan kepedihan dan sering menangis. Anak-anak dalam kelompok usia ini kemungkinan akan marah dan memilih salah satu orangtua mereka sebagai cara untuk tetap mempertahankan harga diri dan hubungan mereka. Beberapa anak menunjukkan gejala yang lebih serius, seperti melampiaskan amarahya, merubah perangai, menghadapi masalah-masalah tidur, perubahan tingkah laku dan kegagalan akademis di sekolah, menarik diri, menyerang teman sebayanya, dan depresi.
     Anak usia remaja (13-17 tahun). Anak-anak usia remaja yang menjadi korban broken home berpotensi menghadapi kegagalan akademis, ketidakteraturan waktu makan dan tidur, depresi, bunuh diri, kenakalan remaja, dewasa sebelum waktunya atau penyalahgunaan narkoba. Apabila terjadi perceraian di usia ini, remaja mengkhawatirkan hilangnya kehidupan keluarga mereka. Mereka cenderung merasa ikut bertanggung jawab, merasa bersalah, dan marah karena dampak yang mereka rasakan akibat perceraian itu.

Simpulan
     Broken home merupakan kondisi ketidakutuhan dalam sebuah keluarga yang diakibatkan oleh perceraian dan perpisahan antara suami dan istri. Broken home memberikan pengaruh bagi perkembangan psikologis anak karena tidak adanya orangtua yang dapat mendukung pembentukan diri seorang anak. Hal ini dapat menimbulkan dampak negatif bagi perkembangan psikologis anak. Dampak negatif tersebut seperti usaha untuk menarik diri, tertekan, terganggunya rasa percaya diri, rasa agresif, emosi yang tak terkontrol, mengalami masalah-masalah tidur, tingkah laku dan akademis di sekolah, depresi, ketidakteraturan waktu makan dan tidur, dan kenakalan remaja.

Saran
     Bagi anak yang berasal dari keluarga broken home dapat berdoa setiap hari kepada Tuhan YME agar diberikan kekuatan, selalu berpikir positif, sibukkan diri dengan kegiatan yang positif, belajar dengan tekun untuk meraih prestasi yang baik, selektif dalam memilih teman, dan tetap berhubungan dengan orangtua melalui telepon atau sms.
     Bagi orangtua, sebaiknya tetap berhubungan dengan anak, tidak bertengkar di depan anak, menelepon anak setiap hari, memberikan support pada anak, dan mengecek kondisi anak setiap hari.

 Daftar Pustaka
Habsari, S. (2005). Bimbingan dan konseling SMA untuk kelas XII. Jakarta: Grasindo.
Kurniawan, Y. (2012). Kenali 8 tahap perkembangan psikologis anda. Diunduh dari http://kesehatan.kompasiana.com/kejiwaan/2012/12/20/kenali-8-tahap-perkembangan-psikologis-anda-517613.html pada 10 November 2014.
Musick, D. (1995). An introduction to the sociology of juvenile delinquency. Albany, NY: State University of New York Press.
Musthofa, T. (2013). Dul korban keluarga broken home. Diunduh dari http://edukasi.kompasiana.com/2013/09/09/dul-korban-keluarga-broken-home-590926.html pada 11 November 2014.
Septiani, E. (2014). Kenakalan remaja akibat orang tua broken home. Diunduh dari http://www.academia.edu/5664179/KENAKALAN_REMAJA_AKIBAT_ORANG_TUA_BROKEN_HOME pada 9 November 2014.
Colman, A. M. (2009). Oxford dictionary of english (3rd ed.). New York, NY: Oxford University Press.

Stahl, P. M. (2004). Menjadi orang tua setelah perceraian. (Gyani, Penerj.). Jakarta: Grasindo. (Karya asli diterbitkan tahun 2000)

Rabu, 05 November 2014

Pengaruh Pornografi pada Siswa (Latihan 17 Ingrid 705140021)

Pengaruh Pornografi pada Siswa

Pengertian Pornografi
        Pengertian pornografi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pornografi merupakan penggambaran tingkah laku secara erotis dengan lukisan atau tulisan untuk membangkitkan nafsu berahi atau bahan bacaan yang dengan sengaja dan semata-mata dirancang untuk membangkitkan nafsu berahi dalam seks (Kamus Besar Bahasa Indonesia [KBBI], 2014).
        Pengertian pornografi secara etimologis. Secara etimologis, pornografi berasal dari bahasa Yunani Kuno yang berasal dari kata porne yang berarti wanita lajang dan graphos yang berarti gambar atau lukisan (Supratiningsih, 2004).
        Jadi dapat disimpulkan bahwa pornografi adalah gambar, lukisan, atau tulisan yang dirancang untuk membangkitkan nafsu berahi.

Ragam Pornografi
        Ragam pornografi berdasarkan muatannya. Berdasarkan muatannya, pornografi dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu (a) softcore, (b) hardcore, dan (c) obscenity. Softcore biasanya hadir materi-materi pornografi berupa ketelanjangan, adegan-adegan mengesankan terjadinya hubungan seks dan seks simulasi. Hardcore menampilkan materi orang dewasa dan materi seks yang eksplisit, seperti penampilan close up alat genital dan aktivitas seksual, termasuk penetrasi. Sedangkan, obscenity menyajikan materi seksualitas secara menantang secara ofensif batas-batas kesusilaan masyarakat, yang menjijikkan, dan tidak memiliki nilai artistik, sastra, politik, dan saintifik (Soebagijo, 2008).
        Ragam pornografi berdasarkan mediumnya. Berdasarkan mediumnya, media pornografi dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu media elektronik, cetak, dan media luar ruang. Pornografi yang menggunakan media elektronik, yaitu (a) lagu-lagu berlirik mesum, (b) cerita pengalaman seksual di radio (sex phone), (c) jasa layanan pembicaraan tentang seks melalui telepon, (d) foto digital porno atau fasilitas video porno melalui telepon, (e) film-film yang mengandung adegan seks atau menampilkan artis dengan busana minim, (f) penampilan penyanyi atau penari latar dengan busana minim dan gerakan sensual dalam klip video musik, dan (g) situs-situs internet. Ragam pornografi dengan medium cetak, yaitu (a) gambar atau foto adegan seks, (b) iklan-iklan di media cetak yang menampilkan artis dengan gaya yang menunjukkan daya tarik seksual, (c) fiksi dan komik yang menggambarkan adegan seks, (d) buku tentang teknik-teknik bercinta, dan (e) berita kriminal kejahatan seksual yang dibuat terlalu detail. Pornografi yang menggunakan media luar ruang, yaitu (a) papan reklame suatu produk dengan model yang sensual, (b) poster atau spanduk film layar lebar yang terpampang di bioskop, dan (c) lukisan atau gambar seronok yang terpampang di truk besar (Soebagijo, 2008).

Pornografi pada siswa
        Dalam artikel Nasional Sindo News, Zubaidah (2013) menyatakan bahwa 68 persen siswa Sekolah Dasar (SD) sudah aktif mengakses konten porno. Mereka semakin mudah mengakses situs pornografi melalui peredaran DVD ataupun VCD, telepon seluler, majalah, dan juga koran.
        Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyebutkan setidaknya terdapat 84 laporan pornografi dan pornoaksi yang masuk hingga ke KPAI dan seluruhnya dilakukan oleh pelajar di bawah umur. Menurut Ketua Divisi Pengawasan KPAI, ada 3 (tiga) hal yang menyebabkan angka tersebut tinggi, yaitu (a) pengaruh teknologi informasi yang kuat, (b) pergaulan bebas yang kian marak, dan (c) lemahnya pengawasan dari lembaga keluarga dan lembaga pendidikan (“Pornografi di Kalangan Pelajar Mengerikan”, 2013).

Dampak Pornografi
        Dampak pornografi secara biologis. Secara biologis, pornografi dapat menyebabkan penyempitan otak bagian tengah depan yang disebut Ventral Tegmental Area (VTA), penyusutan jaringan otak yang memproduksi dopamine, kekacauan kerja neurotransmitter, melemahkan fungsi kontrol, dan mengalami gangguan memori (“Pengaruh Pornografi terhadap Perilaku Anak”, 2012).
        Dampak pornografi secara psikologis. Secara psikologis, pornografi dapat mengakibatkan orang sulit mengontrol perilakunya, kurangnya tanggung jawab, kecenderungan besar mengalami depresi, memandang wanita sebagai objek seksual, mendorong anak melakukan tindakan seksual, membentuk sikap, nilai, dan perilaku negatif, menyebabkan sulit konsentrasi hingga terganggu jati dirinya, tertutup, minder, dan tidak percaya diri (“Pengaruh Pornografi terhadap Perilaku Anak”, 2012).

Upaya Pembinaan Siswa di Sekolah Menghadapi Pornografi
        Rukhiyat (2002) menyatakan bahwa terdapat beberapa upaya untuk membina siswa di sekolah menghadapi pornografi. Upaya tersebut antara lain (a) optimalisasi pendidikan agama, (b) Integrasi iman, ketaqwaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi, (c) kegiatan ekstrakulikuler, (d) penciptaan suasana yang kondusif, dan (e) kerja sama sekolah dengan orang tua dan masyarakat.

Daftar Pustaka

Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2014). Diunduh dari http://kbbi.web.id/index.php?w=pornografi pada 4 November 2014.
Pengaruh pornografi terhadap perilaku anak. (2012). Diunduh dari http://sodoel.wen.ru/pengaruh-pornografi-terhadap-perilaku-anak.html pada 5 November 2014.
Pornografi di kalangan pelajar mengerikan. (2013). Diunduh dari http://sp.beritasatu.com/nasional/pornografi-di-kalangan-pelajar-mengerikan/4489 pada 5 November 2014.
Rukhiyat, A. (2002). Mengidealkan sistem edukasi di sekolah menghadapi maraknya pornografi. Jakarta, Indonesia: Uhamka Press.
Soebagijo, A. (2008). Pornografi dilarang tapi dicari: Ragam pornografi. Jakarta, Indonesia: Gema Insani.
Supratiningsih. (2004). Melacak akar masalah pornografi dan pornoaksi serta implikasinya terhadap nilai-nilai sosial. Jurnal Filsafat, 36(1).

Zubaidah, N. (2013, November). 68 siswa SD sudah akses konten pornografi. Diunduh dari http://nasional.sindonews.com/read/801494/15/68-persen-siswa-sd-sudah-akses-konten-pornografi pada 4 November 2014.

Minggu, 05 Oktober 2014

3 Oktober 2014

Hai Bloggers!
Hari ini kita akan mempelajari sedikit tentang “EKSISTENSIALISME”. Tapi, sedikit beda nih dengan sebelum-sebelumnya. Kali ini kita akan mempelajari pendapat dari 2 tokoh terkemuka yaitu Kierkegaard dan Sartre. Tapi, sebelum kita mulai masuk ke penjelasan dari 2 tokoh tersebut, ada baiknya kita mengenal eksitensialisme terlebih dahulu. Jadi,sebenarnya apa itu eksistensialisme?

Eksistensialisme adalah aliran filsafat yang pokok utamanya adalah manusia dan cara beradanya yang khas di tengah makhluk lainnya. Secara etimologis, ex= keluar, sistentia (sistere)=berdiri. Manusia bereksistensi = manusia baru menemukan diri sebagai aku dengan keluar dari dirinya. Eksistensi ≠ berada.

Ciri-ciri eksistensialisme :
      Motif pokok adalah eksistensi, cara manusia berada. Hanya manusia bereksistensi.
      Bereksistensi harus diartikan secara dinamis. Bereksistensi berarti menciptakan diri secara aktif, berbuat, menjadi, dan merencanakan.
      Manusia dipandang terbuka, belum selesai. Manusia terikat pada dunia sekitarnya, khususnya pada sesamanya.
      Memberi penekanan pada pengalaman konkrit.

Nah, sekarang baru deh kita masuk ke teori Kirkegaard mengenai eksistensialisme. Yuk langsung kita bahas

POKOK-POKOK AJARAN KIRKEGAARD

Kirkegaard mengkritik Hegel karena terdapat satu hal yang dilupakan Hegel. Menurut Kirkegaard, eksistensi manusia individual dan konkret. Manusia tidak dapat dibicarakan ‘pada umumnya’ atau ‘menurut hakekatnya’, karena manusia pada umumnya tidak ada. Yang ada itu adalah manusia konkret yang semua penting, berbeda dan berdiri di hadapan Tuhan. Manusia itu eksistensi.
Eksistensi berarti bagi Kierkegaard: merealisir diri, mengikat diri dengan bebas, dan mempraktekkan keyakinannya dan mengisi kebebasannya.
3 cara bereksistensi yaitu :
      Sikap estetis: Merengguh sebanyak mungkin kenikmatan, yang dikuasai oleh perasaan.
      Sikap etis: Sikap menerima kaidah2 moral, suara hati dan memberi arah pada hidupnya.
      Sikap religius: Berhadapan dengan Tuhan

MANUSIA MENJADI SEPERTI YANG DIPERCAYAINYA

Pernyataan Parmenides hingga Hegel yang berbunyi ‘Berpikir sama dengan berada’ ditolak oleh Kierkegaard, karena menurutnya ‘percaya itu sama dengan menjadi’. Disini dan kini manusia percaya dan menentukan bagaimana dia akan ada secara abadi. Manusia memilih eksistensinya entah sebagai penonton yg pasif, atau sebagai pemain/individu yg menentukan sendiri eksistensinya dengan mengisi kebebasannya.

WAKTU DAN KEABADIAN

Setiap orang adalah campuran dr ketakterhinggaan dan keterhinggaan. Manusia adalah gerak menuju Allah, tapi juga terpisah/terasing dari Allah. Manusia dpt menyatakan YA kepada Tuhan dalam iman, atau mengatakan TIDAK. Jika ia mengatakan YA, ia akan menjadi yg ia ada. Manusia hidup dalam dlm dua dimensi sekaligus: keabadian dan waktu. Kedua dimensi itu bertemu dalam ‘saat’. Saat adalah titik dimana waktu dan keabadian bersatu. Kita menjadi eksistensi dlm saat, yaitu saat pilihan. Pilihan itu suatu ‘loncatan’ dr waktu ke keabadian.

SUBYEKTIVITAS DAN EKSISTENSI SEBAGAI TUGAS

Eksistensi manusia bukan sekadar suatu fakta, tapi lebih dari itu. Eksistensi manusia adalah tugas, yang harus dijalani dengan kesejatian sehingga orang tidak tampil dengan semu. Bila eksistensi suatu tugas, ia harus dihayati sebagai suatu yang etis dn religius. Eksistensi sebagai tugas disertai oleh tanggungjawab. Tidak seperti berada dalam massa, eksistensi sejati memungkinkan individu memilih dan mengambil keputusan sendiri. Untuk itulah Kierkegaard menganggap subyektivitas dan eksistensi sejati itu suatu tugas.

PUBLIK DAN INDIVIDU

Publik bagi Kierkegaard hanya abstraksi belaka, bukan realitas. Publik menjadi berbahaya bila itu dianggap nyata. Orang sering berusaha menggabungkan diri dalam kelompok. Ini bukti orang itu tidak berani tampil sendiri secara berarti. Mereka itu orang-orang lemah. Mengandalkan diri pada kekuatan numerik. Ini adalah kelemahan etis. Kierkegaard bukan menolak adanya kemungkinan bagi manusia untuk bergabung dengan yang lain. Hanya setelah individu itu mencapai sikap etis barulah penggabungan bersama dapat disarankan.
Nah, itu adalah teori eksistensialisme dari Kirkegaard. Sekarang kita masuk ke teori eksistensialisme menurut tokoh yang gak kalah terkemuka sama Kirkegaard. Yuk kita bahas gimana sih eksistensialisme menurut Sartre.

PEMIKIRAN FILSAFAT SARTRE

Bagi Sartre, manusia mengada dengan kesadaran sebagai dirinya sendiri. Keberadaan manusia berbeda dengan keberadaan benda lain yang tidak punya kesadaran. Untuk manusia eksistensi adalah keterbukaan, beda dengan benda lain yang keberadaannya sekaligus berarti esensinya.  Bagi manusia eksistensi mendahului esensi. Asas pertama untuk memahami manusia harus mendekatinya sebagai subjektivitas. Apapun makna yang diberikan pada eksistensinya, manusia sendirilah yang bertanggungjawab. Tanggung jawab yang menjadi beban kita jauh lebih besar dari sekedar tanggung jawab terhadap diri kita sendiri.

Membedakan “berada dalam diri” dengan “berada untuk diri”. Berada dalam diri = berada dalam dirinya, berada itu sendiri. Mis. meja itu meja, bukan kursi, bukan tempat tidur. Semua yang berada dalam diri ini tidak aktif. Mentaati prinsip it is what it is.
Berada untuk diri = berada yang dengan sadar akan dirinya, yaitu cara berada manusia. Manusia punya hubungan dengan keberadaannya. Bertanggung jawab atas fakta bahwa ia ada. Mis. Manusia bertanggung jawab bahwa ia pegawai, dosen. Benda tidak sadar bahwa dirinya ada, tapi manusia sadar bahwa dia berada. Pada manusia ada kesadaran.
Tuhan tidak bisa dimintai tanggung jawab . Tuhan tidak terlibat dalam putusan yang diambil oleh manusia. Manusia adalah kebebasan, dan hanya sebagai makhluk yang bebas dia bertanggung jawab. Tanpa kebebasan eksistensi manusia menjadi absurd. Bila kebebasannya ditiadakan, maka manusia hanya sekedar esensi belaka.

APA YANG MENGURANGI KEBEBASAN MANUSIA?

1)    Tempat kita berada: situasi yang memberi struktur pada kita, tapi juga kita beri struktur.
2)    Masa lalu: tidak mungkin meniadakannya karena masa lampau menjadikan kita sebagaimana kita sekarang ini.
3)    Lingkungan sekitar
4)    Kenyataan adanya sesama manusia dengan eksistensinya sendiri.
5)    Maut: tidak bisa ditunggu saat tibanya, walaupun pasti akan tiba.

KETUBUHAN MANUSIA

Dalam eksistensi manusia, kehadiran selalu menjelama sebagai wujud yang bertubuh. Tubuh mengukuhkan kehadiran manusia. Tubuh sebagai pusat orientasi tidak bisa dipandang sebagai alat semata-mata,tapi mengukuhkan kehadiran kita sebagai eksistensi.

KOMUNIKASI DAN CINTA

Komunikasi = suatu hal yang apriori tak mungkin tanpa adanya sengketa, karena setiap kali orang menemui orang lain pada akhirnya akan terjadi saling objektifikasi, yg seorang seolah-olah membekukan orang lain.  Terjadi saling pembekuan sehingga masing-masing jadi objek.

Cinta = bentuk hubungan keinginan saling memiliki (objek cinta). Akhirnya cinta bersifat sengketa karena objektifikasi yang tak terhindarkan.

Nah, gitu deh bloggers pendapat dari tokoh-tokoh eksistensialisme yaitu Kierkegaard dan Sartre. Sekian pembahasan mengenai eksistensialisme dari saya. Jangan lupa tinggalkan komentar ya bloggers untuk blog ini dan diberi nilai dari 1-100. Terima kasih JJJJ

Manusia : Seni, Agama, Budaya, dan Peradaban

Heyhooo bloggersss! Kali ini Ingrid akan membahas mengenai Manusia : Seni, Agama, Budaya, dan Peradaban. Walaupun materi ini tidak ada penjelasan dari dosen KBK secara spesifik tapi kita punya fotokopian materi yang akhirnya bisa kita jadiin rangkuman deh buat di post ke blog ini hahahah. Jadi yuk langsung aja kita mulai pembahasannya.

Hakikat Seni dan Estetika
-         Amsal Bakhtiar (2007) seni adalah suatu produk peradaban manusia, suatu wilayah dan suatu kebudayaan yang diciptakan oleh suatu bangsa atau kelompok masyarakat. Secara teoritis, seni atau kebudayaan diartikan sebagai manifestasi budaya manusia yang memenuhi syarat-syarat estetik.
-         Koentjaraningrat yang dikutip Andi Hakim Nasution (2007) menjelaskan, bahwa dalam budaya terdapat tujuh unsur yang dapat ditemukan pada semua bangsa di dunia ini, yaitu :

1.       Bahasa
2.       Sistem pengetahuan
3.       Organisasi sosial
4.       Sistem peralatan hidup dan teknologi
5.       Sistem mata pencaharian hidup
6.       Sistem religi
7.       Kesenian

Koentjaraningrat menjelaskan bahwa suatu unsur universal kesenian dapat berwujud gagasan, ciptaan, pikiran, cerita, dan syair-syair yang indah. Namun, kesenian juga dapat berwujud tindakan interaksi berpola antara seniman pencipta, seniman penyelenggara, sponsor kesenian, pendengar, penonton, dan konsumen basil kesenian. Kesenian juga dapat berupa benda-benda indah, candi, kain katun yang indah, benda-benda kerajinan dan sebagainya.
-         Surajiyo (2008) memaparkan bahwa secara praktis, seni sebagai suatu kebudayaan yang diciptakan manusia dapat dibedakan atas :

1.       Seni sastra, seni dengan alat bahasa
2.       Seni musik, seni dengan alat bunyi atau suara
3.       Seni tari, seni dengan alat grakan
4.       Seni rupa, seni dengan alat garis, bentuk, warna, dan sebagainya
5.       Seni drama atau teater, seni dengan alat kominasi sastra, musik, tari atau gerak, dan rupa.

-         Menurut The Liang Gie (2007), seni adalah suatu hal yang menunjuk kepada keindahan (estetika). Berdasarkan teori umum yang berkembang tentang  keindahan, dapat dikategorikan kepada tiga besar, yaitu :
1.       Hal yang indah dan baik : keindahan sebagai suatu jenis keserasian atau ketertiban
2.       Keindahan dan kebenaran : hal yang indah sebagai suatu sasaran perenungan.
3.       Unsur-unsur keindahan : kesatuan, perimbangan dan kejelasan.

-         Hamdani (2011) memberikan definisi tentang keindahan dengan menunjuk kepada pandangan para ahli.
1.       Mortimer Adier : sifat dan suatu benda yang memberi kita kesenangan yang tidak berkepentingan yang bisa diperoleh semata-mata dan memikirkan atau melihat benda individual itu sebagaimana adanya.
2.       Thomas Aquinas : suatuyang menyenangkan saat dilihat.
3.       Aristoteles : sesuatu yang selain baik jyga menyenangkan.
4.       Charles J. Bushnell : kualitas yang mendatangkan penghargaan yang mendalam tentang berbagai nilai atau ideal yang membangkitkan semangat.
5.       Miichelangelo : penyingkiran hal-hal yang berlebihan.

-         Monroe Beardsley sebagaimana dikutip The Liang Gie (2007) yang memaparkan bahwa terdapat tiga unsur yang menjadi sifat dasar membuat sesuatu yang baik dan indah dalam seni

1.       Kesatuan (unity)
2.       Kerumitan (complexity)
3.       Kesungguhan (intensity)

-         Supranto (2011) estetika mempelajari tentang hakikat keindahan di dalam seni. Estetika merupakan cabang filsafat yang mengkaji tentang hakikat indah dan buruk. Estetika (seni) memiliki sifat yang universal, berarti berlaku umum.

Hakikat Agama

-         Amsal Bakhtiar (2007) memahami kata agama berasal dari bahasa sansekerta dari kata “a” berarti tidak dan “gama” berarti kacau. Jika digabungkan berarti sesuatu yang tidak kacau.
-         Menurut Hinduisme agama sebagi kata yang berfungsi memelihara integritas seseorang atau sekelompok orang agar hubungannya dengan realitas tertinggi, sesama manusia dan alam sekitarnya tidak kacau.

-         Dedi Supriadi dan Juhaya S. Praja (2010) mengungkapkan, kesalehan vertikal dalam ritual dan pengakuan dokrin tidak cukup, religiusitas menuntut komitmen nilai dalam hubungan manusia secara horizontal. Ketika bersama dengan penyebaran ajaran, agama mengalami pembakuan doktrin dan pembentukan jaringan institusi. Pada tahap ini agama lebih fokus pada perkara struktur. Struktur ajaran dalam rupa pernyataan verbal maupun wacana menjadi penting, tapi juga struktur organisatoris mengalami perluasan dan perumitan.

-         Yang mengaburkan pada masa pramodern adalah idealisme “tanggung jawab “ yaitu analisis antara yang suci dan kekuasaan.

Hakikat Budaya
-         Ayi Sofyan (2010) memahami tantang budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddliayah yang berarti sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
-         Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat.
-         Melvile J. Hersovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri.
-         Koentjaraningrat (2007) memahami budaya adalah keseluruhan sistem, gagasan, tindakan, dan hasil kerja manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik manusia yang belajar.
-         Yojachem berkata tentang pengaruh agama terhadap budaya manusia yang imateriel bahwa mitologis hubungan kolektif tergantung pada pemikiran terhadap Tuhan.

-         Ciri khas yang mengambarkan kebudayaan  Indonesia :
·         Rumah adat daerah yang berbeda satu dengan lainnya.
·         Alat musik di setiap daerah yang berbeda
·         Kriya ragam hias dengan motif-motif tradisional, dan batik yang sangat beragam antar daerah tertentu, dibuat diatas media kain dan kayu.
·         Properti kesenian Indonesia memiliki beragam bentuk selain seni musi, tari, teater, wayang golek dan topeng.
·         Pakaian daerah
·         Benda seni
·         Adat isitadat

-         The Liang Gie mengatakan kebudayaan dibagi dalam tiga sistem, yaitu :
1.       Sistem lazim yang sering disebut adat istiadat
2.       Sistem sosial di mana merupakan suatu tindakan yang berpola dan manusia
3.       Sistem teknologi sebagai modal peralatan manusia untuk menyambung keterbiasan jasmaninya.
-         Soegiri (2008) mengemukakan pandangan Melvile J. Hersovits yang menyebutkan kebudayaan memiliki empat unsur pokok, yaitu alat-alat teknologi, sistem ekonomi, keluarga, dan kekuasaan politik.
-         Bambang Sugiharto (2008) merumuskan empat prinsip dasar yang penting dalam memahami kebudayaan, yaitu :

1.       Tanda (dalam bahasa) terdiri atas yang menandai dan yang ditandai. Penanda yaitu citra bunyi, sedangkan penanda yaitu gagasan atau konsep. Konsep bunyi memiliki 3 komkonen, yaitu : artikulasi kedua bibir, pelepasan udara yang keluar secara mendadak, dan pita suara yang tidak bergetar.
2.       Adanya acuan ke realitas objektif
3.       Permasalahan yang selau kembali dalam mengkaji masyarakat dan kebudayaan adalah hubungan antara individu dengan masyarakat.
4.       Gagasan kebudayaan.

Hakikat Peradaban
Menurut Andi Hakim Nasution (2007) kebudayaan dan peradaban hanya merupakan istilah. Peradaban biasanya dipakai untuk bagian-bagian dan unsur-unsur kebudayan yang ‘harus’ dan ‘indah’. Pada sisi lain, istilah peradaban juga dipakai untuk menyebut suatu kebudayaan yang mempunyai sistem teknologi, seni bangunan, seni rupa, seni kenegaraan, dan ilmu pengetahuan yang maju dan kompleks. Dari segi etimologis, peradaban berarti kebudayaan yang telah sampai pada tingkat jenuh, yang telah berlangsung secara terus-menerus. Pada waktu perkembangan kebudayaan mencapai puncaknya terwujud unsur-unsur budaya bersifat halus, indah, tinggi, sopan, luhur, dan sebagainya maka masyarakat pemilik kebudayaan itu dikatakan telah memiliki perdaban yang tinggi.
Interkoneksi ilmu Pengetahuan, Seni dan Agama dalam Prespektif, Budaya, dan Peradaban.

      1.       Prespektif Ilmu dalam Budaya
Manusia diciptakan oleh yang Maha Kuasa dengan sempurna, yaitu dilengkapi dengan seperangkat akal dan pikiran. Dengan akal dan pikiran manusia mendapatkan ilmu, seperti ilmu sosial, ilmu pertanian, ilmu pendidikan,dan ilmu kesehatan.  Pada Hakikatnya manusia memiliki keingintahuan pada setiap hal yang ada maupun yang sedang terjadi di sekitarnya. Pengetahuan kaidah berpikir atau logika merupakan sarana untuk memperoleh,memelihara, dan meningkatkan ilmu.
Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan dan pengetahuan merupakan unsur kebudayaan. Ilmu dan kebudayaan berada dalam posisi yang saling tergantung dan saling memengaruhi. Peranan ganda ilmu dalam pengembangan kebudayaan sebagai berikut :

a.       Ilmu merupakan sumber nilai yang mendukung terselenggaranya perkembangan kebudayaan nasional.
b.       Ilmu merupakan sumber nilai yang mengisi pembentukan waktu suatu bangsa.
Ada tujuan nilai yang terkandung dalam hakikat keilmuan, yaitu knitis, rasional, logis, objektif, terbuka, menjunjung kebenaran, dan pengabdian universal.

Langkah-langkah yang digunakan yang pada pokoknya beberapa pemikiran :

·         Ilmu merupakan kebudayaan, sehingga setiap langkah dalam kegiatan peningkatan ilmu harus memperhatikan budaya.
·         Ilmu merupakan salah satu cara menemukan kebenaran
·         Asumsi dasar dan setiap kegiatan dalam menemukan kebenaran yaitu percaya dengan metode yang digunakan
·         Kegiatan keilmuan harus dikaitkan dengan moral
·         Pengembangan keilmuan harus seiring dengan pengembangan filsafat
·         Kegiatan ilmiah harus otonom dan bebas dari kekangan struktur kekuasaan.

      2.       Prespektif Budaya dan Pengetahuan dalam Peradaban
Kebudayaan dapat digunakan untuk keperluan praktis, memperlancar pembangunan masyarakat, di satu sisi pengetahuan teoretis tentang kebudayaan dapat mengembangkan sikap bijaksana dalam menghadapi serta menilai kebudayaan yang lain dan pola perilaku yang bersumber pada kebudayaan sendiri. Kebudayaan sebagai sistem yang merupakan hasil adaptasi pada lingkungan alam atau suatu sistem yang berfungsi untuk mempertahankan kehidupan masyarakat.

Kebudayaan tidak bisa terlepas dari peradaban. Peradaban muncul setelah adanya masa kolonialisasi di mana ada semangat untuk menyebarkan dan menanamkan peradaban bangsa kolonial dalam masyarakat jajahannya, sehingga pada masa itu antara masyarakat yang ‘beradab’ dan yang ‘kurang beradab’ dapat digeneralisasikan sebagai corak kehidupan barat vs. yang bukan barat.

      3.       Prespektif Agama dan Budaya
agama yang dibududayakan yaitu  jaran suatu agamayang dimanifestasikan dalam kehidupan sehari-hari oleh penganutnya, sehingga menghasikan suatu karya/budaya tertentu yang mencerminkan ajaran agama yang dibudidayakan itu. Agama bukan suatun aturan yang dibuat oleh Tuhan, tetapi agama merupakan suatu kebutuhan manusia untuk kebaikan manusia. Pembudayaan suatu agama dapat mengangkat citra agama apabila pembudayaan itu dilakukan dengan tepat dan penuh tanggung jawab sehingga mampu mencermikan agamanya.

      4.       Agama sebagai Kritik Kebudayaan
Penting ditekankan bahwa agama meiliki peran sebagai kritik kebudayaan.  Kebudayaan harus dinilai dalam prespektif ke arah mana ia akan membawa manusia. Agama harus berdimensi kritis terhadap kebudayaan manusia.  Agama harus meminimalisasi kecenderungan ‘sekularisasi kebudayaan’.
-         Fungsi kritis agama harus dilakukan dengan menjauhi sikap yang sifatnya totaliter
-         Agama dalam menerangkan fungsi kritisnya secara konkret harus memiliki pengetahuan empiris yang tangguh.

      -         Agama tidak bisa bersifat politisi dalam pengertian hanya membatasi diri pada masalah ritualistik dan moralitas dalam kerangka ketaatan kepada Tuhannya.
      -         Perlunya mendefinisikan kembali pertobatan dalam keberagaman manusia.

     5.       Produk Kebudayaan Manusia Menghasilkan Peradaban
Setiap masyarakat atau bangsa di manapun selalu berkebudayaan, tetapi tidak semuanya memiliki peradaban, peradaban merukapan tahap tertentu dan kebudayaan masyarakat tertentu yang telah mencapai kemajuan tertentu yang dicirikan oleh tingkat ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang sudah maju. Manusia adalah makhluk yang beradab sebab dianugerahi harkat, martabat, serta potensi yang tinggi. Peradaban moral dan manusia merupakan nilai-nilai dalam masyarakat dalam hubungannya dengan kesusilaan.

     6.       Seni sebagai Penggerak Budaya Peradaban
Akar pengalaman estetik merupakan pengalaman keseharian. Kepekaan atas medan bentuk serta pengalaman atas gerak denyut kehidupan macam itulah akar dan kesadaran estetik dan kecenderungan berkesenian. Seni adalah segala upaya untuk memberi bentuk manusiawi pada hidup dan semesta, berbagai cara membiasakan aspirasi batin lewat penciptaan benda dan peristiwa.

Tahap Eksistensi Manusia

      A.      Tahap Estetis
Tahap estetis adalah tahap di mana orientasi hidup manusia sepenuhnya diarahkan untuk mendapatkan kesenangan. Manusia estetis adalah manusia yang pada akhir hidupnya hampir tidak bisa lagi menentukan pilihan, karena semakin banyak alternatif yang ditawarkan masyarakat dan jamannya.
     
      B.      Tahap Etis
Perubahan hidup dari estetis ke etis merupakan semacam pertobatan, di mana individu mulai menerima kebijakan-kebijakan moral dan memilih meningkatkan diri padanya. Manusia etis akan sanggup menolak tirani dan kuasa dari luar.

     C.      Tahap Religius
Lompatan tahap etis ke tahap religius lebih sulit karena tidak perlu pertimbangan rasional melainkan keyakinan subjektif berdasarkan pada iman. Hidup dalam Tuhan adalah hidup subjektivitas transedent, tanpa rasionalisasi atau tanpa ikatan kepada suatu yang bersifat duniawi.

Kaitan Psikologi dengan Agama
Agama bersifat dogmatis yaitu mengandung nilai-nilai yang terkait dengan keyakinan kebenaran dalam agama tidak selalu dapat diterima dengan nalar. Psikologi menurut Plato dan Aristoteles adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang hakikat jiwa serta prosesnya sampai akhir. Psikologi agama merupakan bagian dari psikologi yang mempelajari masalah-masalah kejiwaan yang ada sangkut pautnya dengan keyakinan beragama.

Tahap Budaya

      1.       Budaya dalam kaitan Psikologis
Psikologi menurut budaya yaitu perilku yang cenderung untuk mengulang-ulang bentuk-bentuk perilsku tertentu karena perilaku tersebut diturunkan melalui pola asuh dan proses belajar. Masyarakat Indonesia yang majemuk terdiri dari berbagai budaya. Masyarakat Indonesia yang majemuk terdiri dari berbagai budaya secara logis akan mengalami berbagai permasalahan,persentuhan antar budaya akan selalu terjadi karena permasalahan silang budaya selalu terkait erat dengan cultural meterialisme yang mencermarti budata dari pola pikir dan tindakan dari kelompok sosial tertentu di mana pada tempramen ini banyak ditentukan oleh faktor keturunan. Masyarakat dan kebudayaannya pada dasarnya merupakan tayangan besar dari kehidupan bersama antara individu-individu manusia yang bersifat dinamis.

     2.       Budaya dan Perkembangan kepribadian
Kepribadian manusia selalu berubah sepanjang hidupnya dalam arah-arah karakter yang lebih jelas dan matang. Perbuahan-perubahan tersebut sangat dipengaruhi lingkungan dengan fungsi-fungsi bawaan sebagai dasarnya. Selain itu, perkembangan kepribadian seseorang dipengaruhi pula oleh semakin bertambahnya usia seseorang.

      3.       Budaya dan Konsep Diri
Konsep diri adalah organisasi dari presepsi-presepsi diri. Suatu deskripsi tentang siapa kita , mulai dari identitas fisik, sifat hingga prinsip.

      4.       Budaya dan Psikologi Indigenous
   
      5.       Perkembangan Budaya dan Aplikasi
       Menurut Prof. Kusdwiratri Setiono, ada 4 hal yang perlu diperhatikan, yaitu :

1.       Pengetahuan psikologi tidak dipaksa dari luar melainkan dari tradisi budaya setempat.
2.       Psikologi sesungguhnya bukan berupa tingkah laku artifisial uang diciptalan melainkan berupa tingkah laku keseharian.
3.       Tingkah laku dipahami dan diinterpretasi tidak dalam kerangka teori yang import,melainkan dalam kerangka pemahaman buday setempat.
4.       Psikologi indegenous mencakup pengetahuan psikologi yang relevan dan didesain untuk orang- orang setempat.

Psikologi indegenous selalu dikaitkan dengan penelitian dan proses indigenesasi budaya. Proses untu indegenous psychology kan suatu budaya itulah yang disebut dengn indigenisasi. Beberapa istilah indigenissasi menurut bProf. Kusdwiratri Setiono :

·         Ada kedekatan antara pendekatan indigenous dengan pendekatan psikologi lintas budaya
·         Pendekatan ini berbeda, namun sama-sama perlu digunakan secara bersamaan.
·         pendekatan ini mencakup pendekatanindigenizatin from within dan pendekatan lintas budaya mencakup indigenization from without.

Integrasi Ilmu Pengetahuan, Seni, dan Budaya

Tidak semua pengetahuan dikategorikan ilmu,sebab pengetahuan itu sendiri sebagai segala sesuatu yang diketahui dan datang sebagai hasil dan aktivitas pancaindera untuk mengetahui, yaitu terungkapnya suatu kenyataan ke dalam jiwa sehingga tidak ada keraguan terhadapnya, sedangkan ilmu menghendaki lwbih jauh, luas, dan dalam dan pengetahuan. Kebudayaan sebagai sistem yang merupakan hasil adaptasi pada lingkungan alama atau suatu sistem yang berfungsi untuk mempertahankan kehidupan masyarakat, yang merupakan hasil dan manusia yang merupakan makhluk yang beradab sebab dianugerahi harkat, martabat serta potensi kemanusiaan yang tingggi. Agama dapat berfungis sebagai kritik seni sekaligus sebagai kritik ilmu, bahwa fungsi kritis agama harus dilakukan dengan menjauhi sikap yang sifatnya totaliter. Wujud peradaban moral dan agama merupakan nilai-nilai dalam masyarakat dalam hubungannya dengan kesusilaan.

Nah, sekian pembahasan dari Ingrid mengenai Manusia: Seni, Agama, Budaya, dan Peradaban. Jangan lupa tinggalkan komentar ya untuk blog Ingrid dan beri nilai 1-100. Terima kasih bloggers